PADA Selasa 25 Oktober 2011 ini genap 49 tahun silam menjadi salah satu hari yang selalu
diingat bangsa Afrika, khususnya Afrika Selatan yang selama ratusan tahun
dibelenggu politik apartheid peninggalan penjajahan bangsa Eropa.
Satu nama yang menjadi tokoh sentral dalam
pergerakan antiapartheid ini yakni Nelson Mandela. Tepat tanggal 25 Oktober
1962, Nelson yang dilahirkan di Mvezo pada 18 Juli 1918, dijatuhi hukuman
penjara akibat aktivitasnya menentang pemerintah kulit putih yang berkuasa saat
itu.
Sebelumnya, pria bernama lengkap Nelson Rolihlahla
Mandela ini ditangkap pada 5 Agustus 1962 dan dipenjarakan di Johannesburg
Fort. Selanjutnya pada 12 Juni 1964, dia bersama
sekelompok aktivis lainnya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Mandela yang masuk partai African National
Congress (ANC) sejak 1942 tersebut menolak pembebasan bersyarat pada Februari
1985.
Karena Nelson tidak mau menghentikan perjuangannya
melawan apartheid. Mandela yang kini berusia 93
tahun dikenal di seluruh dunia sebagai pejuang kemerdekaan melalui kegiatan antiapartheidnya
dan kemudian menjadi Presiden Afrika Selatan pertama dari kalangan kulit hitam.
Peraih Nobel Perdamaian 1993 ini berhasil meraih kursi Presiden Afrika Selatan
dengan perjuangan superberat. Setelah menjalani hukuman penjara selama 27
tahun, pada 11 Februari 1990, Mandela dibebaskan. Kendati badannya dipenjara,
semangat Mandela tetap menginspirasi rakyatnya untuk berjuang menegakkan hak-hak
kulit hitam.
Apalagi saat itu tekanan dunia internasional membuat rezim Pretoria yang
dipimpin Presiden Frederik Willem de Klerk akhirnya membebaskan Mandela. Seusai
lepas dari penjara, Mandela kembali meneruskan perjuangannya. Bersama unsur
politik lainnya, Mandela menggelar pemilu multiras pertama pada 1994. Dalam
pemilu tersebut, Partai African National Congress yang dipimpinnya berhasil meraih
suara terbanyak dan Mandela pun diangkat sebagai presiden kulit hitam pertama
di Afrika Selatan.
Tidak mudah perjuangan yang dilakukan Mandela. Sejak awal, Mandela memang
membenci hukum apartheid yang membuat orang kulit hitam menjadi warga negara
kelas dua. Dia bergabung dengan ANC dan memimpin protes menentang apartheid.
Aksi ini mengakibatkan ribuan pendukung ANC ditangkapi pada 1950-an. Pada 1960,
Nelson Mandela membakar buku pasnya sebagai protes terhadap apartheid. Buku pas
ini harus dibawa semua orang kulit hitam Afrika Selatan dan ditunjukkan setiap diminta
oleh petugas kulit putih.
Meski dipenjara dan dijatuhi hukuman seumur hidup pada 1964, tidak mengubah
pendapat Mandela terhadap jahatnya apartheid. Mandela sering diinterogasi dan
diperiksa atas kegiatannya, tetapi justru semakin banyak orang di dunia
mendengar semangat Mandela dan ikut berkampanye membebaskannya dan mengakhiri
apartheid. Di masa pemerintah Presiden Soeharto, Mandela termasuk sering
berkunjung ke Jakarta. Mungkin karena tertarik dengan budaya Indonesia, Mandela
sering mengenakan baju batik dalam beberapa peristiwa internasional.
Namun Mandela hanya tertarik pada batik, tidak dengan sistem politik
Indonesia yang dibangun Soeharto. Terbukti saat terpilih sebagai Presiden
Afrika Selatan, dia hanya bersedia menjabat satu periode, dan untuk menjaga keutuhan
bangsanya, dia meminta FW de Klerk, presiden sebelumnya di masa apartheid, menjadi
wakil presiden. Kendati dipenjara selama 27 tahun oleh rezim apartheid, Mandela
tidak menyimpan dendam. Demi keutuhan bangsa dan masa depan rakyat Afrika
Selatan, justru membangun rekonsiliasi.
Karena itu, ketika Mandela lengser, dia tetap dihormati rakyat Afrika
Selatan sebagai Bapak Bangsa. Bahkan dunia menaruh hormat kepada pejuang
antiapartheid ini. Mandela memberikan
inspirasi bagi
mereka yang bercita-cita menjadi pemimpin sejati. Dunia mengakui,
Afrika
Selatan kini menjadi negara maju dengan perekonomian yang kuat dan
stabil. Bahkan
pada 2010 lalu, Afrika Selatan menjadi fokus perhatian dunia dengan
digelarnya FIFA World Cup atau Piala Dunia.
Setelah tidak menjadi presiden, Mandela tetap
menjadi
tokoh yang dipuja. Karena Mandela tidak pernah lelah memperjuangkan
demokrasi
dan persamaan hak. Walaupun menghadapi banyak tantangan, tetapi Mandela
tidak pernah
membalas tindakan rasis dengan rasis.
Hidupnya menjadi inspirasi di Afrika Selatan dan seluruh dunia,
kepada mereka
semua yang menindas dan yang merampas, kepada semua yang melawan
penindasan
dan melawan perampasan. ‘Tidak seorang pun yang lahir membenci orang lain karena warna kulitnya, atau agama-Nya,” demikian kata Mandela. (deni mulyana/berbagai sumber) INILAHKORAN.
No comments:
Post a Comment