Monday, December 26, 2011

INSPIRASI - Mandela, Tak Lelah Perjuangkan Demokrasi


PADA Selasa 25 Oktober 2011 ini genap 49 tahun silam menjadi salah satu hari yang selalu diingat bangsa Afrika, khususnya Afrika Selatan yang selama ratusan tahun dibelenggu politik apartheid peninggalan penjajahan bangsa Eropa. 

Satu nama yang menjadi tokoh sentral dalam pergerakan antiapartheid ini yakni Nelson Mandela. Tepat tanggal 25 Oktober 1962, Nelson yang dilahirkan di Mvezo pada 18 Juli 1918, dijatuhi hukuman penjara akibat aktivitasnya menentang pemerintah kulit putih yang berkuasa saat itu.
Sebelumnya, pria bernama lengkap Nelson Rolihlahla Mandela ini ditangkap pada 5 Agustus 1962 dan dipenjarakan di Johannesburg Fort. Selanjutnya pada 12 Juni 1964, dia bersama sekelompok aktivis lainnya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Mandela yang masuk partai African National Congress (ANC) sejak 1942 tersebut menolak pembebasan bersyarat pada Februari 1985.
Karena Nelson tidak mau menghentikan perjuangannya melawan apartheid. Mandela yang kini berusia 93 tahun dikenal di seluruh dunia sebagai pejuang kemerdekaan melalui kegiatan antiapartheidnya dan kemudian menjadi Presiden Afrika Selatan pertama dari kalangan kulit hitam. Peraih Nobel Perdamaian 1993 ini berhasil meraih kursi Presiden Afrika Selatan dengan perjuangan superberat. Setelah menjalani hukuman penjara selama 27 tahun, pada 11 Februari 1990, Mandela dibebaskan. Kendati badannya dipenjara, semangat Mandela tetap menginspirasi rakyatnya untuk berjuang menegakkan hak-hak kulit hitam.
Apalagi saat itu tekanan dunia internasional membuat rezim Pretoria yang dipimpin Presiden Frederik Willem de Klerk akhirnya membebaskan Mandela. Seusai lepas dari penjara, Mandela kembali meneruskan perjuangannya. Bersama unsur politik lainnya, Mandela menggelar pemilu multiras pertama pada 1994. Dalam pemilu tersebut, Partai African National Congress yang dipimpinnya berhasil meraih suara terbanyak dan Mandela pun diangkat sebagai presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan.
Tidak mudah perjuangan yang dilakukan Mandela. Sejak awal, Mandela memang membenci hukum apartheid yang membuat orang kulit hitam menjadi warga negara kelas dua. Dia bergabung dengan ANC dan memimpin protes menentang apartheid. Aksi ini mengakibatkan ribuan pendukung ANC ditangkapi pada 1950-an. Pada 1960, Nelson Mandela membakar buku pasnya sebagai protes terhadap apartheid. Buku pas ini harus dibawa semua orang kulit hitam Afrika Selatan dan ditunjukkan setiap diminta oleh petugas kulit putih.
Meski dipenjara dan dijatuhi hukuman seumur hidup pada 1964, tidak mengubah pendapat Mandela terhadap jahatnya apartheid. Mandela sering diinterogasi dan diperiksa atas kegiatannya, tetapi justru semakin banyak orang di dunia mendengar semangat Mandela dan ikut berkampanye membebaskannya dan mengakhiri apartheid. Di masa pemerintah Presiden Soeharto, Mandela termasuk sering berkunjung ke Jakarta. Mungkin karena tertarik dengan budaya Indonesia, Mandela sering mengenakan baju batik dalam beberapa peristiwa internasional.
Namun Mandela hanya tertarik pada batik, tidak dengan sistem politik Indonesia yang dibangun Soeharto. Terbukti saat terpilih sebagai Presiden Afrika Selatan, dia hanya bersedia menjabat satu periode, dan untuk menjaga keutuhan bangsanya, dia meminta FW de Klerk, presiden sebelumnya di masa apartheid, menjadi wakil presiden. Kendati dipenjara selama 27 tahun oleh rezim apartheid, Mandela tidak menyimpan dendam. Demi keutuhan bangsa dan masa depan rakyat Afrika Selatan, justru membangun rekonsiliasi.
Karena itu, ketika Mandela lengser, dia tetap dihormati rakyat Afrika Selatan sebagai Bapak Bangsa. Bahkan dunia menaruh hormat kepada pejuang antiapartheid ini. Mandela memberikan inspirasi bagi mereka yang bercita-cita menjadi pemimpin sejati. Dunia mengakui, Afrika Selatan kini menjadi negara maju dengan perekonomian yang kuat dan stabil. Bahkan pada 2010 lalu, Afrika Selatan menjadi fokus perhatian dunia dengan digelarnya FIFA World Cup atau Piala Dunia.
Setelah tidak menjadi presiden, Mandela tetap menjadi tokoh yang dipuja. Karena Mandela tidak pernah lelah memperjuangkan demokrasi dan persamaan hak. Walaupun menghadapi banyak tantangan, tetapi Mandela tidak pernah membalas tindakan rasis dengan rasis. Hidupnya menjadi inspirasi di Afrika Selatan dan seluruh dunia, kepada mereka semua yang menindas dan yang merampas, kepada semua yang melawan penindasan dan melawan perampasan. Tidak seorang pun yang lahir membenci orang lain karena warna kulitnya, atau agama-Nya,” demikian kata Mandela. (deni mulyana/berbagai sumber) INILAHKORAN.



No comments: