KUCING dikenal sebagai hewan peliharaan yang paling disukai dan terpopuler di dunia. Itu tidak lepas dari sejarah berbaurnya manusia dan kucing yang diyakini telah terjadi sejak 6.000 tahun SM. Hal ini dibuktikan dengan penemuan kerangka kucing di Shillourokambos, Pulau Siprus. Kerangka kucing yang ditemukan di Siprus ini mirip spesies kucing liar yang merupakan nenek moyang kucing rumahan saat ini.
Sejak 3.500 SM, Mesir Kuno telah menggunakan kucing untuk menjauhkan tikus atau hewan pengerat lain dari lumbung yang menyimpan hasil panen. Pada 1.800-an, ditemukan suatu kuburan atau tepatnya ‘situs’ berisikan 300.000 mumi kucing dalam keadaan masih utuh, yang menandakan dahulu kucing memang suatu hewan yang spesial. Orang Mesir kuno menganggap kucing sebagai penjelmaan Dewi Bast, juga dikenal sebagai Bastet atau Thet. Hukuman untuk membunuh kucing adalah mati, dan jika ada kucing yang mati kadang dimumikan seperti halnya manusia.
Di Asia, kucing termasuk ke dalam salah satu zodiak Vietnam.Menurut legenda, ketika Raja Langit mengadakan pesta untuk hewan yang akan dipilih menjadi zodiak, dia mengutus tikus untuk mengundang hewan-hewan yang telah dipilihnya. (*)
ASAL mula pertunjukan film dalam sebuah ruangan atau bioskop dimulai oleh Lumiere bersaudara. Auguste dan Louis Lumiere menciptakan alat Cinematographe yang merupakan modifikasi Kinetoscope ciptaan Thomas Alva Edison.
Kinetoscope digunakan untuk melihat gambar bergerak dengan cara mengintip dari satu lobang, Lumiere membuatnya mampu memproyeksikan gambar bergerak sehingga bisa dinikmati secara bersama-sama. Pada 28 Desember 1895, untuk pertama kalinya puluhan orang berada didalam suatu ruangan menonton film yang diproyeksikan ke sebuah layar lebar.
Lumiere bersaudara menyewa sebuah ruang bilyard tua di bawah tanah di Boulevard des Capucines, Paris, yang kemudian dikenal sebagai bioskop pertama di dunia. Tempat tersebut kemudian dikenal sebagai Grand Cafe dan menjadi tempat paling populer di Eropa. (*)
PADA 21 April, hari ini, Belanda tidak memperingati Hari Kartini, seperti di Indonesia. Namun demikian, ternyata nama tokoh emansipasi wanita, RA Kartini cukup dikenal di Negeri Belanda sebagai pejuang hak-hak perempuan. Bahkan beberapa kota di Belanda memiliki nama Jalan RA Kartini.
Di Utrecht, Jalan RA Kartini atau Kartinistraat terletak di kawasan tenang dengan perumahan apik dan kebanyakan dihuni kalangan menengah. Jalan utama ini berbentuk ‘U’ yang ukurannya lebih besar dibanding jalan-jalan yang menggunakan nama tokoh perjuangan lainnya seperti Augusto Sandino, Steve Biko, Chez Geuvara, dan Agostinho Neto. Di Venlo Belanda Selatan, RA Kartinistraat berbentuk ‘O’ di kawasan Hagerhof, di sekitarnya terdapat nama-nama jalan tokoh wanita Anne Frank dan Mathilde Wibaut. (*)
BANYAK hewan yang mengandalkan kecepatan dalam menangkap mangsanya. Tikus modok atau tikus tanah tercatat sebagai hewan tercepat yang menangkap mangsa, seperti cacing tanah dan hewan invertebrate lain dalam tanah. Jenis tikus ini, paling cepat hanya membutuhkan 120 milidetik untuk mengetahui keberadaaan mangsanya dan kemudian memakannya.
Otaknya dapat memutuskan suatu mangsa dapat dimakan atau tidak dalam waktu 8 milidetik. Kecepatan ini adalah batas kecepatan dari sel-sel syaraf di otak dalam mentransmisikan informasi. Tikus ini juga memiliki kemampuan untuk mencium mangsa di bawah air. Hal ini dilakukan dengan mengeluarkan gelembung udara ke mangsanya atau mencium jejak mangsanya dan kemudian menghirup gelembung udara tadi kembali untuk mencium bau mangsanya.
Tikus mondok ini mempunyai bulu-bulu antiair berwarna coklat kehitaman dan kaki berukuran besar serta ekor yang panjang dan tebal yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan lemak untuk musim semi. Tentakel-tentakel di hidungnya sangat sensitif dan dilapisi organ-organ sensor Eimer. Diameter hidungnya sekitar 1 cm dengan hampir 25,000 organ sensor pada 22 tentakelnya.
Tikus mondok ini tidak mempunyai kemampuan penglihatan, sehingga alat-alat sensor inilah yang digunakan mendeteksi mangsanya yang berukuran kecil. Mereka menggunakan air liurnya untuk menangkap mangsaya. Air liurnya megandung racun yang dapat mematikan mangsanya. (*)
BAGAIMANA jadinya jika singa dikawinkan dengan harimau. Kendati melawan hukum alam, perpaduan kedua Raja Hutan ini menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Ia adalah Liger, yang merupakan hasil kawin campur antara singa jantan (Panthera leo) dan harimau betina (Panthera tigris). Secara umum, hasilnya adalah seekor singa dengan belang khas harimau berukuran sangat besar. Seekor Liger betina panjangnya rata-rata mencapai 3,05 m dengan berat sekitar 320 kg. Liger pun mewarisi karakteristik dari kedua spesies. Liger bisa berenang yang merupakan karakteristik harimau dan sangat ramah seperti singa.
Perkawinan ini awalnya terjadi akibat ‘kecelakaan’ (married by accident) di kebun binatang, saat harimau dan singa entah bagaimana berada di satu kandang. Perkawinan ini merupakan sesuatu yang sifatnya melawan hukum alam. Di alam liar, perkawinan ini mustahil terjadi. Sama mustahilnya seperti mengharapkan perkawinan gorila dan manusia, kecuali ada semacam mukjizat.
Seperti segala sesuatu yang melawan hukum alam, perkawinan ini pun menjadi petaka bagi peranakan yang lahir. Pertama, adalah kemandulan yang dialami Liger jantan, walaupun ia memiliki hormon testosteron yang normal. Kedua, biasanya binatang semacam ini memiliki cacat tubuh, kesehatan yang buruk, serta usia yang pendek. Umur Liger rata-rata hanya 20 tahun. Liger tertua yang pernah hidup mencapai 24 tahun. Satu lagi, karena sejak dalam wujud janin pertumbuhan Liger sudah abnormal, proses melahirkan dapat mengakibatkan kematian sang induk. (*)
http://issuu.com/inilahkoran/docs/19_apr_12/1
TINGKAH seekor tikus, ternyata tak jauh berbeda dengan manusia saat memikat lawan jenisnya. Salah satunya dengan cara menyanyi. Kemampuan bernyanyi itu dimiliki hewan yang menjadi simbol korupsi tersebut, sejak dilahirkan. Penelitian yang dilakukan Tim Holy dan Zhongsheng Guo dari Universitas Washington, menemukan bahwa tikus jantan mendendangkan lagu-lagu ultrasonik untuk merayu pujaannya. Hal ini menjadikan tikus sebagai salah satu dari sedikit mamalia yang bisa bernyanyi, yang sejauh ini anggotanya hanya manusia, kelelawar, paus dan lumba-lumba.
Tim peneliti mengetahui kemampuan menyanyi tikus setelah mereka mempelajari bunyi cicitan tikus jantan ketika mereka mencium bau tikus betina. Cicitan yang diperdengarkan dalam frekuensi yang tidak bisa didengar manusia itu ternyata membentuk suatu nyanyian. Suara itu adalah nyanyian, baru diketahui Dr Holy setelah merekam dan menurunkan nadanya agar bisa didengar manusia. Suara itu bukan cericit acak, namun berupa suara-suara berbeda yang tersusun teratur dan berulang seperti kicau burung. Dan ini memenuhi karakteristik suatu nyanyian.
Pertanyaan yang muncul apakah tikus mempelajari nyanyian itu atau memilikinya sejak lahir? Perlu diketahui, hewan lain termasuk lumba-lumba dan burung, tidak begitu saja bisa menyanyi. Mereka mempelajarinya. Bila tikus ternyata belajar, pasti ada bagian otaknya yang digunakan untuk belajar menyanyi. Ini akan menjadi bahan penelitian baru yang menarik. (*)
MASIH ingat kisah romantis karya William Shakespeare, Romeo dan Juliet? Ternyata sebelum kisah cinta dua insan tersebut, 5.000-6.000 tahun silam ditemukan cerita serupa yang bisa jadi mengilhami roman Romeo dan Juliet. Kisah itu tersingkap di balik penemuan arkeologi di Kota Valdaro Italia, yang merupakan satu negara dengan tempat kelahiran Romeo dan Juliet di Verona.
Sepasang kerangka remaja laki-laki dan perempuan zaman batu baru ditemukan dengan posisi saling berpelukan erat. Penemuan ini mengguncang semua orang yang melihatnya. Kerangka ini telah terkubur lebih kurang 5.000-6.000 tahun lamanya di bawah tanah! Berpelukan selama 5.000 tahun ini bukan saja mengguncang arkeolog, bahkan dunia.
Untuk mempertahankan gaya pelukan ini, ilmuwan belum memutuskan memisahkan potongan kerangka tersebut. Setelah kerangka itu dipindahkan, ilmuwan akan meneliti lebih lanjut terhadap sepasang kekasih yang saling berpelukan abadi ini. Selanjutnya, kerangka yang dinamakan Kekasih Valdaro tersebut disimpan di Museum Arkeologi Mantua Italia.
Ada indikasi bahwa kedua insan yang diperkirakan berusia 18-20 tahun ini bukan meninggal dalam kondisi saling berpelukan, melainkan dikubur demikian di tanah makam prasejarah. Ini cocok dengan sejarah Italia yang terkenal dengan banyak cerita cinta tragis. Mantua adalah kota tempat Romeo diasingkan dan diberi tahu bahwa Juliet sudah mati. (*)