Politik adalah Keberpihakan pada Rakyat
Siapa yang tak mengenal Harry Potter? Barangkali, Anda termasuk salah satu dari jutaan penduduk dunia penggemar Harry Potter? Berawal dari novel yang diterbitkan sejak 1997-2007, menurut rilis yang disampaikan pemegang hak ciptanya, Harry Potter telah terjual lebih dari 450 juta kopi di seluruh dunia di lebih dari 200 negara. Harry Potter juga telah diterjemahkan ke dalam 73 bahasa. Bahkan, Anda mungkin salah satu pengoleksi dan penggemar berat filmnya yang telah diadaptasi dalam 8 film blockbuster?
Anda pasti tahu penulis fenomenal dibalik kesuksesan mendunia, baik novel maupun film Harry Potter? Ya, itulah yang tergambar dari ingatan mengenai JK Rowling, seorang penulis yang melambung namanya di jagad kepenulisan bahkan menjadi mahabintang, sepertinya apa pun yang dituliskan akan dipandang sebagai mahakarya.
Sunday, December 23, 2012
INSPIRASI - Anomali Air, Berkah atau Bencana?
Selang air warna-warni itu saling tumpang tindih, seolah saling berebut untuk bisa menyeruput jatah air di bak penampungan yang disediakan di sudut sebuah kawasan industri. Selang-selang itu berlumut dan kotor --sepertinya sudah lama terpasang, tak berhenti berharap memperoleh kedermawanan dari pemilik kawasan industri itu untuk mau mengucurkan air bersih ke masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Saat itu, hujan mengguyur, mengiringi penulis dalam perjalanan berkunjung ke rumah saudara yang tinggal di kawasan industri di daerah Kabupaten Bandung Barat.
Kesulitan mendapatkan air bersih yang dirasakan sebagian masyarakat itu menyentuh keprihatinan penulis di samping mengingatkan kembali bahwa karunia Allah SWT berupa air kehidupan itu sungguh sangat besar dan selanjutnya harus disyukuri dengan berupaya memelihara karunia tersebut.
Juga mengingatkan penulis terhadap rilis yang disampaikan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum, Mohamad Hasan, saat membaca satu majalah terkemuka di Indonesia. Dia menerangkan bahwa Indonesia ternyata memiliki potensi sumber daya air yang sangat berlimpah dengan jumlah total 3.900 miliar m3 per tahun yang tersebar ke dalam 7.956 sungai dan 521 danau. Bahkan, Indonesia menduduki posisi ke-5 sebagai negara yang memiliki cadangan air terbesar di dunia. Namun, ketersediaan air di Indonesia yang berada di atas rata-rata dunia itu masih terkendala dengan sebarannya yang tidak merata.
Ketersediaan air itu dipengaruhi lagi oleh musim, letak geografis, kondisi geologis, dan sebaran curah hujan yang sangat bervariasi di seluruh daerah Nusantara ini. Selain kendala tersebut, masih ditambah lagi kendala pengelolaan sumber daya air yang sangat kompleks, di antaranya meluasnya daerah aliran sungai (DAS) yang semakin kritis, adanya ketimpangan antara ketersediaan air dan kebutuhan air baik itu kuantitas maupun kualitasnya, meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya alih fungsi lahan, dan lain sebagainya.
Karena itu, air merupakan zat yang paling esensial dibutuhkan oleh makhluk hidup dan bagian terpenting dari kehidupan ekosistem ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa air adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi, apakah praktik dan perilaku kita sudah mengimplementasikan dan menggambarkan begitu pentingnya karunia tersebut?
Air Sebuah Bencana Sekarang ini, di musim penghujan ini, kita dapat menyaksikan melalui layar televisi, membaca koran, atau bahkan sebagian masyarakat ada yang merasakan dahsyatnya bencana yang melanda dan menimpa daerah di pelosok Nusantara yang disebabkan oleh air. Dari mulai banjir bandang yang diakibatkan sungai yang tidak lagi bisa menampung volume air sehingga tanggul sungai jebol dan meluap ke wilayah di sekitarnya. Juga banjir di perkotaan dikarenakan drainase dan tata kelola kota yang buruk serta pemeliharaan sarana dan prasarana yang tidak berkelanjutan.
Masih terekam dalam ingatan, bencana besar yang dialami saudara kita di kawasan Situ Gintung, Cireundeu, Tangerang, Banten, yang menimbulkan banyak kerugian harta dan korban jiwa. Di Indonesia, bencana selalu terjadi sepanjang tahun dan berulang. Ini menunjukkan bahwa potensi bencana ke depan sangat besar.
Bahkan sepekan kemarin, bencana banjir bandang terjadi di Solok Selatan, Sumatera Barat, Sabtu (15/12). Kemudian banjir bandang di Lemboto, Gorontalo, Sabtu (15/12). Meluapnya Sungai Kelayan di Kalimantan. Bencana tanah longsor di Sukabumi yang menimpa para petambang emas, serta longsor yang menimpa beberapa daerah di Nusantara. Bencana banjir juga melanda beberapa kota besar di Indonesia karena buruknya sistem drainase, seperti di daerah Ibu Kota Jakarta dan Surabaya.
Seperti kita ketahui bahwa kondisi tata guna lahan seperti yang ada di sekitar Situ Gintung, Solok Selatan, Lemboto, Sukabumi, Jakarta, Surabaya, dan yang lain di seluruh Indonesia ada banyak sekali. Banyak permukiman dan lahan-lahan yang padat penduduknya tinggal bersebelahan dengan waduk-waduk besar, di sekitar tebing, di daerah terjal, maupun di pinggir sungai. Potensi jebolnya tanggul, longsornya tebing, dan runtuhnya daerah dengan kemiringan curam sangatlah besar.
Penyebab bencana tersebut memang ada yang ditimbulkan oleh alam. Secara alami bencana selalu terjadi di muka bumi, misalnya, karena curah hujan yang sangat tinggi. Tapi, yang lebih memprihatinkan adalah bencana yang diakibatkan olah manusia yang mengeksploitasi alam ini secara berlebihan.
Oleh karena itu, mulai saat ini, saatnya bagi kita melakukan gerakan konservasi pada diri sendiri. Syukur-syukur bisa memperluas gerakan ini dengan melibatkan peran bersama masyarakat yang memang tidak terelakkan. Dengan menggunakan teknologi sederhana dan murah dengan berbasis kearifan lokal masyarakat. Seperti, pembuatan biopori di sekitar tempat tinggal, pembuatan sumur resapan di setiap rumah untuk membantu meningkatkan terserapnya air ke tanah. Kemudian, mengajak kita semua untuk menghemat air, menanam pohon, mengolah limbah rumah tangga, dan mengolah sampah organik yang ada. Jika itu semua bisa dilaksanakan, maka sumber daya air bisa terbarui atau berkelanjutan.
Jadi, kesadaran Anda bahwa air sebagai salah satu sumber kehidupan sekaligus juga mempunyai daya rusak yang besar, mengharuskan Anda menentukan konsekuensi. Tindakan apa yang ingin Anda tuai hasilnya, berkah atau bencana? (*) Bandung, 20 Desember 2012
Kesulitan mendapatkan air bersih yang dirasakan sebagian masyarakat itu menyentuh keprihatinan penulis di samping mengingatkan kembali bahwa karunia Allah SWT berupa air kehidupan itu sungguh sangat besar dan selanjutnya harus disyukuri dengan berupaya memelihara karunia tersebut.
Juga mengingatkan penulis terhadap rilis yang disampaikan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum, Mohamad Hasan, saat membaca satu majalah terkemuka di Indonesia. Dia menerangkan bahwa Indonesia ternyata memiliki potensi sumber daya air yang sangat berlimpah dengan jumlah total 3.900 miliar m3 per tahun yang tersebar ke dalam 7.956 sungai dan 521 danau. Bahkan, Indonesia menduduki posisi ke-5 sebagai negara yang memiliki cadangan air terbesar di dunia. Namun, ketersediaan air di Indonesia yang berada di atas rata-rata dunia itu masih terkendala dengan sebarannya yang tidak merata.
Ketersediaan air itu dipengaruhi lagi oleh musim, letak geografis, kondisi geologis, dan sebaran curah hujan yang sangat bervariasi di seluruh daerah Nusantara ini. Selain kendala tersebut, masih ditambah lagi kendala pengelolaan sumber daya air yang sangat kompleks, di antaranya meluasnya daerah aliran sungai (DAS) yang semakin kritis, adanya ketimpangan antara ketersediaan air dan kebutuhan air baik itu kuantitas maupun kualitasnya, meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya alih fungsi lahan, dan lain sebagainya.
Karena itu, air merupakan zat yang paling esensial dibutuhkan oleh makhluk hidup dan bagian terpenting dari kehidupan ekosistem ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa air adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi, apakah praktik dan perilaku kita sudah mengimplementasikan dan menggambarkan begitu pentingnya karunia tersebut?
Air Sebuah Bencana Sekarang ini, di musim penghujan ini, kita dapat menyaksikan melalui layar televisi, membaca koran, atau bahkan sebagian masyarakat ada yang merasakan dahsyatnya bencana yang melanda dan menimpa daerah di pelosok Nusantara yang disebabkan oleh air. Dari mulai banjir bandang yang diakibatkan sungai yang tidak lagi bisa menampung volume air sehingga tanggul sungai jebol dan meluap ke wilayah di sekitarnya. Juga banjir di perkotaan dikarenakan drainase dan tata kelola kota yang buruk serta pemeliharaan sarana dan prasarana yang tidak berkelanjutan.
Masih terekam dalam ingatan, bencana besar yang dialami saudara kita di kawasan Situ Gintung, Cireundeu, Tangerang, Banten, yang menimbulkan banyak kerugian harta dan korban jiwa. Di Indonesia, bencana selalu terjadi sepanjang tahun dan berulang. Ini menunjukkan bahwa potensi bencana ke depan sangat besar.
Bahkan sepekan kemarin, bencana banjir bandang terjadi di Solok Selatan, Sumatera Barat, Sabtu (15/12). Kemudian banjir bandang di Lemboto, Gorontalo, Sabtu (15/12). Meluapnya Sungai Kelayan di Kalimantan. Bencana tanah longsor di Sukabumi yang menimpa para petambang emas, serta longsor yang menimpa beberapa daerah di Nusantara. Bencana banjir juga melanda beberapa kota besar di Indonesia karena buruknya sistem drainase, seperti di daerah Ibu Kota Jakarta dan Surabaya.
Seperti kita ketahui bahwa kondisi tata guna lahan seperti yang ada di sekitar Situ Gintung, Solok Selatan, Lemboto, Sukabumi, Jakarta, Surabaya, dan yang lain di seluruh Indonesia ada banyak sekali. Banyak permukiman dan lahan-lahan yang padat penduduknya tinggal bersebelahan dengan waduk-waduk besar, di sekitar tebing, di daerah terjal, maupun di pinggir sungai. Potensi jebolnya tanggul, longsornya tebing, dan runtuhnya daerah dengan kemiringan curam sangatlah besar.
Penyebab bencana tersebut memang ada yang ditimbulkan oleh alam. Secara alami bencana selalu terjadi di muka bumi, misalnya, karena curah hujan yang sangat tinggi. Tapi, yang lebih memprihatinkan adalah bencana yang diakibatkan olah manusia yang mengeksploitasi alam ini secara berlebihan.
Oleh karena itu, mulai saat ini, saatnya bagi kita melakukan gerakan konservasi pada diri sendiri. Syukur-syukur bisa memperluas gerakan ini dengan melibatkan peran bersama masyarakat yang memang tidak terelakkan. Dengan menggunakan teknologi sederhana dan murah dengan berbasis kearifan lokal masyarakat. Seperti, pembuatan biopori di sekitar tempat tinggal, pembuatan sumur resapan di setiap rumah untuk membantu meningkatkan terserapnya air ke tanah. Kemudian, mengajak kita semua untuk menghemat air, menanam pohon, mengolah limbah rumah tangga, dan mengolah sampah organik yang ada. Jika itu semua bisa dilaksanakan, maka sumber daya air bisa terbarui atau berkelanjutan.
Jadi, kesadaran Anda bahwa air sebagai salah satu sumber kehidupan sekaligus juga mempunyai daya rusak yang besar, mengharuskan Anda menentukan konsekuensi. Tindakan apa yang ingin Anda tuai hasilnya, berkah atau bencana? (*) Bandung, 20 Desember 2012
Suro Prapanca
Monday, December 17, 2012
Resensi Buku - MAKELAR REZEKI
Makelar Rezeki = Hidup Juga tentang Kita
Apakah Anda termasuk salah satunya yang pernah mengajukan pertanyaan ini pada diri sendiri atau bahkan mengonsultasikannya ke orang lain? “Saya sudah banyak membaca buku motivasi, ikut berbagai training, menulis impian hidup, setiap tahun membuat resolusi, tetapi kenapa semangatnya masih mudah redup, bahkan hilang? Kenapa ya? Di mana salahnya? Apa yang harus saya lakukan?
Apakah Anda termasuk salah satunya yang pernah mengajukan pertanyaan ini pada diri sendiri atau bahkan mengonsultasikannya ke orang lain? “Saya sudah banyak membaca buku motivasi, ikut berbagai training, menulis impian hidup, setiap tahun membuat resolusi, tetapi kenapa semangatnya masih mudah redup, bahkan hilang? Kenapa ya? Di mana salahnya? Apa yang harus saya lakukan?
Thursday, December 13, 2012
INSPIRASI - Tingkatkan Rasa Aman dengan Speedy Monitoring
Waktu itu jam yang ada di ujung bawah layar komputerku menunjukkan pukul 21.30 WIB. Sambil asyik menyunting berita, tiba-tiba sudah berdiri di sebelah mejaku, teman satu kantor.
“Sur, kalau kunci kontak motor rusak, bisa diganti gak ya? Atau harus diganti satu set?” tanyanya padaku sambil dia masih berdiri di sampingku.
“Kenapa, Kang,” jawabku, kemudian menghentikan kekhusyukan ku memelototi layar komputer.
“Barusan, istri di rumah telepon. Motornya ada yang mau ngebongkar. Tapi, karena mungkin susah, akhirnya motor yang di sebelahnya yang digondol maling teh,” terangnya mulai menceritakan.
“Kurang ajar tuh maling, padahal motor tuh sudah diparkir di garasi rumah. Berani-beraninya dia ambil. Bener-bener kurang aman tuh kompleks rumah saya,” jelasnya dengan muka tampak geram, tapi tak bisa berbuat apa-apa.
“Sur, kalau kunci kontak motor rusak, bisa diganti gak ya? Atau harus diganti satu set?” tanyanya padaku sambil dia masih berdiri di sampingku.
“Kenapa, Kang,” jawabku, kemudian menghentikan kekhusyukan ku memelototi layar komputer.
“Barusan, istri di rumah telepon. Motornya ada yang mau ngebongkar. Tapi, karena mungkin susah, akhirnya motor yang di sebelahnya yang digondol maling teh,” terangnya mulai menceritakan.
“Kurang ajar tuh maling, padahal motor tuh sudah diparkir di garasi rumah. Berani-beraninya dia ambil. Bener-bener kurang aman tuh kompleks rumah saya,” jelasnya dengan muka tampak geram, tapi tak bisa berbuat apa-apa.
Friday, November 30, 2012
Tahukah Anda - Nah Ini Dia, Jawara Peramban
Bagi kebanyakan pengguna Internet. Web browser atau peramban boleh jadi satu-satunya gerbang untuk menjelajahi jejaring maya. Hingga 10 tahun lalu, sebagian browser masih berbasis desktop, tapi kini kian banyak yang sengaja dibuat untuk membantu pengguna internet berselancar lewat telepon pintar. Mana yang paling populer?
Chrome 43,7%; Firefox 32,8%; Internet Explorer 16,2%; Safari 4%; Opera 2,2%
Telepon pintar 1,79% warga bumi kini mengakses internet lewat perangkat bergerak: Safari 0,91%; Android 0,66%; Lainnya 0,22%
Peramban Utama: Nigeria 58% Opera; India 47% Opera; Korea Selatan 21% Android; Indonesia 20% Opera; Inggris 11% Safari; Amerika Serikat 9% Safari; Belanda 6% Tie; Meksiko 5% Tie; Cina 4% UC; Mesir 4% Tie.
Desktop vs Mobile: Indonesia: Firefox 54%; Chrome 20%; Opera 15%; Nokia 3%.
Nigeria: Opera 50%; Firefox 19%; Internet Explorer 11%; Chrome 9%.
India: Chrome 22%; Opera 19%; Firefox 18%.
Korea Selatan: Internet Explorer 61%; Android 18%; Chrome 11%; Safari 5%
Jalan Ters Pasteur, 21.05 Jumat 30 November 2012Sumber:
Tempo, Edisi 24-30 September 2012
www.w3schools.com; www.quirksmode.org
Chrome 43,7%; Firefox 32,8%; Internet Explorer 16,2%; Safari 4%; Opera 2,2%
Telepon pintar 1,79% warga bumi kini mengakses internet lewat perangkat bergerak: Safari 0,91%; Android 0,66%; Lainnya 0,22%
Peramban Utama: Nigeria 58% Opera; India 47% Opera; Korea Selatan 21% Android; Indonesia 20% Opera; Inggris 11% Safari; Amerika Serikat 9% Safari; Belanda 6% Tie; Meksiko 5% Tie; Cina 4% UC; Mesir 4% Tie.
Desktop vs Mobile: Indonesia: Firefox 54%; Chrome 20%; Opera 15%; Nokia 3%.
Nigeria: Opera 50%; Firefox 19%; Internet Explorer 11%; Chrome 9%.
India: Chrome 22%; Opera 19%; Firefox 18%.
Korea Selatan: Internet Explorer 61%; Android 18%; Chrome 11%; Safari 5%
Jalan Ters Pasteur, 21.05 Jumat 30 November 2012Sumber:
Tempo, Edisi 24-30 September 2012
www.w3schools.com; www.quirksmode.org
Sunday, November 25, 2012
Selamat Hari Guru, 25 November 2012
Hari demi hari ternyata memiliki arti penting dan spesial, baik untuk pribadi, lembaga, bahkan untuk memperingati sesuatu/peristiwa.
Hari ini, Minggu 25 November 2012, merupakan hari istimewa bagi dunia pendidikan di Indoensia. Ya, hari ini merupakan Hari Guru, hari spesial bagi insan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Yang telah mendidik dan membentuk Insan Unggulan di Indonesia, Insan yang telah mengisi kemerdekaan dengan perannya masing-masing.
Hari ini, Minggu 25 November 2012, merupakan hari istimewa bagi dunia pendidikan di Indoensia. Ya, hari ini merupakan Hari Guru, hari spesial bagi insan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Yang telah mendidik dan membentuk Insan Unggulan di Indonesia, Insan yang telah mengisi kemerdekaan dengan perannya masing-masing.
Tahukah Anda - Jejak DNA pada BUKU
Laris tidaknya di pasar, setiap buku memiliki ukuran berbeda. Tapi, berdasarkan isi, genre buku, dan sudut pandang pembaca, tingkat keterbacaan buku bisa ditelaah dengan serius. Bak menguliti kode DNA untuk menelisik asal-usul manusia, kecenderungan pembaca terhadap popularitas buku bisa dipelajari dan dipetakan.
Subscribe to:
Posts (Atom)