Saturday, July 7, 2012

Resensi Buku - Negeri Sepanjang Tikai

Indonesia, Kenalilah Dirimu

Nama aslinya Jakobus Soemardjo, dilahirkan di Klaten pada tahun 1939. Karier kefilsafatannya dimulai ketika dia menulis kolom di harian Kompas, Pikiran Rakyat, Suara Karya, Suara Pembaruan, dan majalah Prisma, Basis, dan Horison sejak tahun 1969. Sejak tahun 1962 mengajar di Fakultas Seni Rupa Desain di Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung dalam mata kuliah Filsafat Seni, Antropologi Seni, Sejarah Teater, dan Sosiologi Seni. Dia juga banyak menulis buku-bukunya yang khusus membahas Filsafat Indonesia. Dialah seorang pelopor kajian Filsafat Indonesia.

Buku yang diberi judul Negeri Sepanjang Tikai ini merupakan kumpulan 100 esai karya Jakob Soemardjo yang telah dimuat di surat kabar maupun yang belum pernah dimuat. Ini dimaksudkan sebagai wahana mengetahui atau melihat keindonesiaan dalam sudut pandang “lain”. Sudut pandang dalam melihat persoalan-persoalan bangsa dan negara Indonesia sekarang ini. Yang “lain” itu (the other) atau liyan (menurut Goenawan Mohamad) tak lain adalah kearifan lokal dari bangsa sendiri dalam galur tradisi nenek moyang suku-suku bangsa Indonesia.

Dalam buku setebal 336 halaman ini, Jakob memberikan pembacaan yang beragam untuk menempatkan “narasi keindonesiaan” sebagai buku yang terbuka. Dia berusaha mengajak agar kita keluar dari sikap negatif terhadap perbedaan sejarah, mengajak keluar dari ekstrem perbedaan-perbedaan ideologis yang menghancurkan realitas keberagaman kita sendiri.

Mengutip kata-kata Buddha Gautama dalam bukunya, Dharmapada, “Semua perbuatan didahului oleh pikiran, dipimpin oleh pikiran, dan dihasilkan oleh pikiran.” Selanjutnya Jakob menjabarkan bahwa hanya perbuatan, peristiwa, pengalaman tubuh yang membuat dunia dan manusia berubah. Namun sebab perbuatan itu adalah pikiran. Lantas apa bedanya berpikir secara mitos dan berpikir secara logos, kalau keduanya menghasilkan perbuatan yang tak terbantahkan? Apa bedanya primordial dan modern?

Setelah membaca esai-esai Jakob Soemardjo ini, kita akan digiring untuk menyadari bahwa kita tidak bisa menghakimi cara berpikir logos (sesuai penalaran) lebih benar dari cara berpikir mitos. Bahkan logos itu juga punya mitos-mitosnya sendiri. Itulah sebabnya logos harus memahami mitos, sebab mitos tak mampu memahami logos. Diperlukan toleransi budaya bagi kaum modernis Indonesia. Yang liyan itu ternyata memiliki ukuran kebenarannya sendiri. Dan karena ukuran kebenaran (pikiran) itu mengakibatkan perbuatan, maka kearifan lokal patut dipertimbangkan.

Logika modern, ilmu, teknologi, tidak cukup untuk memahami realitas Indonesia, karena Indonesia berada antara mitos dan logos. Bahkan cara berpikir mitos masih mendominasi cara berpikir rakyat. Tulisan-tulisan ini bukan antimodernis, tetapi membuat Indonesia memasuki dunia modern mondial ini memerlukan metodenya sendiri, jangan asal percaya dan menjiplak bangsa-bangsa lain. Bagaimana Anda dapat mengubah sesuatu menjadi sesuatu yang lain kalau tidak mengenali sesuatunya itu sendiri? Kebenaran universal itu memang ada, namun harus ditemukan dalam kearifan-kearifan lokal yang ribuan tahun sejarahnya.

Membaca esai-esai Jakob Soemardjo dalam buku ini, dari mulai esai dengan judul Di Manakah Engkau Negara, Negeri Sepanjang Tikai (yang juga dijadikan judul buku ini), sampai yang terakhir dalam buku ini, Hukum Rimba Indonesia, seakan bisa mengenali Indonesia beserta permasalahan-permasalahannya yang seharusnya diikuti dengan penelaahan yang sungguh-sungguh. Untuk itu, bagi pembaca atau para calon-calon pemimpin nasional Indonesia di masa depan, semestinyalah menjadi sosok yang memahami keindonesiaan. Jadi, Indonesia, kenalilah dirimu.

Judul : Negeri Sepanjang Tikai, 100 Esai Kesaksian Indonesia
Penulis : Jakob Sumardjo
Editor : Harris Sukristian
Diterbitkan : Penerbit Media
Cetakan I : April 2012
Jumlah Halaman : 336 halaman
ISBN : 978-602-19213-8-8
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 155 x 200 mm
Kategori : Kumpulan Esai

Harga : Rp

(Suro Prapanca) 
Bandung, 5 Juli 2012 
Dimuat juga pada INILAHKORAN, Minggu 8 Juli 2012

1 comment:

Anonymous said...

nggak nyangka bacaannya sudah banyak, mas...

terus-menerus membaca, semakin berwawasan saja, sukses ya :)