Membaca Catatan Pinggir, tulisan rutin Goenawan Mohamad di Tempo, kali ini di edisi 23-29 Juli 2012. Catatan Pinggir dengan judul GARGANTUA, sungguh sesuai dengan kondisi bulan ini, yang bertepatan dengan kewajiban orang Islam menjalankan ibadah wajib Puasa Ramadan.
Gargantua, (cerita satire yang ditulis Francois Rabelais di abad ke-16), pangeran raksasa itu, telah menjadi kata lain dari hasrat yang “tanpa akhir tanpa batas”.
Jadi bila diibaratkan, seorang Gargantua yang berpuasa pada dasarnya seorang gembul yang tak berubah. Hidup, baginya, hanya menunda jamuan besar. Dia berpuasa di siang hari kemudian saat berbuka segala hidangan, apa saja di hadapannya dilahap, ibarat balas dendam.
Rabelais sepertinya ingin mengejek pada orang alim yang sebenarnya tidak bisa alim. Dia tidak setuju
(kontra-Gargantuanisme, pen) dengan kegembulan Gargantua yang menelan semua dan mengumpulkan kenikmatan dalam perut sendiri.
Pemahaman kontra-Gargantuanisme selalu tersimpan dalam ajaran yang terkait dengan yang suci. Ia tersirat dan tersurat dalam teks agama. Bahkan, di abad ke-6 orang Islam mendengar petuah sederhana tapi jelas dari Nabi Muhammad SAW: “Berhentilah makan sebelum kenyang.”
Tapi, sejarah juga selalu memberi peluang bagi Gargantua baru: mereka yang tak mau berhenti makan karena mereka tak mau merasa kenyang. Mereka melahap apa saja yang bisa dikonsumsi.
Dari zaman ke zaman pertarungan antara Gargantuanisme dan kontra-Gargantuanisme tak pernah berhenti dan tak pernah menang total. Bahkan, kontra-Gargantuanisme bisa bergerak menjadi bagian Gargantuanisme, sebagaimana puasa bisa jadi kesempatan untuk bermewah-mewah dalam hidangan dan sekaligus memaafkan kemewahan.
Di mana batas lapar? Di mana batas kenyang? Tentu Anda lebih mengetahui isi perut Anda sendiri?
Tuesday, July 31, 2012
Friday, July 27, 2012
Resensi Buku - Siapa Bilang Ibu Bekerja Tidak Bisa Mendidik Anak dengan Baik?
Wanita Karier Tidak Bisa Mendidik Anak dengan Baik?
Sekarang ini, banyak pasangan suami-istri yang memilih sama-sama bekerja. Hal ini sejalan makin besarnya kesempatan untuk para wanita bekerja dan berkarier di luar rumah seiring banyaknya tuntutan aspek-aspek lainnya dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Motivasi yang mendasari seorang ibu bekerja di luar rumah bukan sekadar membantu kebutuhan nafkah atau aspek ekonomi semata. Seorang ibu yang bekerja juga ingin mengembangkan aspek kepribadiannya melalui pekerjaan dan kariernya untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan dari pendidikan formal maupun nonformal yang diperoleh.
Tidak bisa dimungkiri, peran ganda wanita sebagai ibu dan sebagai wanita karier menuntut upaya ekstra agar dapat menjalankan peran-peran tersebut secara seimbang dan optimal. Dapat dikatakan bahwa wanita tersebut harus bisa menjadi seorang yang “super”. Istilah ini bukan dalam arti negatif, yaitu mendominasi keluarga, tetapi lebih untuk menggambarkan sikap positif untuk mencapai kesuksesan di dalam keluarga sebagai diri sendiri, istri, ibu, domestic manager—dan sukses juga di luar rumah sebagai ibu bekerja, wanita karier, ataupun anggota organisasi kemasyarakatan lainnya.
Sekarang ini, banyak pasangan suami-istri yang memilih sama-sama bekerja. Hal ini sejalan makin besarnya kesempatan untuk para wanita bekerja dan berkarier di luar rumah seiring banyaknya tuntutan aspek-aspek lainnya dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Motivasi yang mendasari seorang ibu bekerja di luar rumah bukan sekadar membantu kebutuhan nafkah atau aspek ekonomi semata. Seorang ibu yang bekerja juga ingin mengembangkan aspek kepribadiannya melalui pekerjaan dan kariernya untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan dari pendidikan formal maupun nonformal yang diperoleh.
Tidak bisa dimungkiri, peran ganda wanita sebagai ibu dan sebagai wanita karier menuntut upaya ekstra agar dapat menjalankan peran-peran tersebut secara seimbang dan optimal. Dapat dikatakan bahwa wanita tersebut harus bisa menjadi seorang yang “super”. Istilah ini bukan dalam arti negatif, yaitu mendominasi keluarga, tetapi lebih untuk menggambarkan sikap positif untuk mencapai kesuksesan di dalam keluarga sebagai diri sendiri, istri, ibu, domestic manager—dan sukses juga di luar rumah sebagai ibu bekerja, wanita karier, ataupun anggota organisasi kemasyarakatan lainnya.
Wednesday, July 25, 2012
Tahukah Anda - Duduk Bikin Terlena
Banyak yang tidak sadar, terlalu lama duduk bisa celaka. Pada saat duduklah tubuh berhenti bekerja. Tak mengherankan bila berjam-jam duduk bisa mendatangkan beragam penyakit berbahaya: mulai obesitas, stres, sakit jantung, diabetes, hingga kanker.
Yang terjadi ketika Anda duduk:
Setelah duduk: aktivitas listrik di otot kaki menutup; pembakaran kalori turun menjadi 1 per menit; enzim yang membantu memecah lemak turun 90 persen.
Setelah duduk 2 jam: kolesterol baik turun 20 persen.
Setelah 24 jam: efektivitas insulin (hormon pengendali kadar gula) turun 24 persen, meningkatkan risiko diabetes.
Solusinya: jika terpaksa duduk berlama-lama hingga delapan jam, lakukan peregangan, berjalan di tempat, dan melompat. Berjalan akan membakar 3-5 kali kalori.
Aktivitas fisik per hari setelah bangun tidur:
9,3 jam: duduk tak berpindah-pindah.
6,5 jam: aktivitas rendah, seperti berjalan dan berdiri.
0,7 jam: aktivitas kuat, seperti lari dan olahraga.
Duduk lebih dari 6 jam per hari: berisiko meningkatkan kematian 40 persen lebih cepat dalam 15 tahun dibanding mereka yang duduk kurang dari 3 jam.
Persentase peningkatan energi:
Duduk hampir tak ada energi, berdiri 10, berjalan 150, dan naik tangga 220.
9,3 jam sehari waktu duduk: setelah muncul era televisi, komputer, dan pekerjaan di belakang meja –lebih lama dari waktu tidur 7,7 jam.
Duduk yang benar: 135 derajat sudut kemiringan yang disarankan saat duduk. Anda tidak disarankan duduk dengan 90 derajat apalagi 70 derajat.
Bandung, Rabu 25 Juli 2012
Dikutip dari Majalah Tempo 23-29 Juli 2012
Yang terjadi ketika Anda duduk:
Setelah duduk: aktivitas listrik di otot kaki menutup; pembakaran kalori turun menjadi 1 per menit; enzim yang membantu memecah lemak turun 90 persen.
Setelah duduk 2 jam: kolesterol baik turun 20 persen.
Setelah 24 jam: efektivitas insulin (hormon pengendali kadar gula) turun 24 persen, meningkatkan risiko diabetes.
Solusinya: jika terpaksa duduk berlama-lama hingga delapan jam, lakukan peregangan, berjalan di tempat, dan melompat. Berjalan akan membakar 3-5 kali kalori.
Aktivitas fisik per hari setelah bangun tidur:
9,3 jam: duduk tak berpindah-pindah.
6,5 jam: aktivitas rendah, seperti berjalan dan berdiri.
0,7 jam: aktivitas kuat, seperti lari dan olahraga.
Duduk lebih dari 6 jam per hari: berisiko meningkatkan kematian 40 persen lebih cepat dalam 15 tahun dibanding mereka yang duduk kurang dari 3 jam.
Persentase peningkatan energi:
Duduk hampir tak ada energi, berdiri 10, berjalan 150, dan naik tangga 220.
9,3 jam sehari waktu duduk: setelah muncul era televisi, komputer, dan pekerjaan di belakang meja –lebih lama dari waktu tidur 7,7 jam.
Duduk yang benar: 135 derajat sudut kemiringan yang disarankan saat duduk. Anda tidak disarankan duduk dengan 90 derajat apalagi 70 derajat.
Bandung, Rabu 25 Juli 2012
Dikutip dari Majalah Tempo 23-29 Juli 2012
Monday, July 23, 2012
AGENDA - Festival Kabaret
BERTEMA Teknologi digelar di Kampus Institut Teknologi Telkom, Rabu (26/7). Pendaftaran untuk umum berlangsung 17 Agustus-17 September 2012 melalui email telkomfestival2012@gmail.com. Info: Panji (085795568080).
AGENDA - Gemastik 2012
DISELENGGARAKAN STEI ITB bersama DP2M Dikti Kemendikbud di Aula Timur Kampus ITB, Jalan Ganeca Kota Bandung, Kamis (27/9) jam 08.00 WIB. Kegiatan ini mengulas perkembangan teknologi informasi dan komunikasi hingga 2012. Info: http://gemastik.itb.ac.id.
AGENDA - Simposium Internasional Ilmu Bumi
KE-10 digelar Program Studi Teknik Pertambangan ITB di Aula Barat dan Aula Timur Kampus ITB, Jalan Ganeca Kota Bandung, Selasa-Rabu (18-19/9). Dalam kegiatan ini juga diulas tentang teknologi terkait ilmu bumi. Info: http://www.fttm.itb.ac.id/?page_id=98
AGENDA - Simposium Trafficking Internasional
BERTEMA The Role of the Government and Communication in Combating Human Trafficking diselenggarakan Fikom Unpad, Monash University Australia, dan Pemprov Jabar. Simposium digelar di Kampus Unpad Jatinangor dan Bale Pakuan, Selasa-Rabu (25-26/9). Info: www.fikomunpad.ac.id/chtsymposium.
Subscribe to:
Posts (Atom)