Friday, December 6, 2013

Resensi Buku: The Geography of BLISS

Resensi Buku: The Geography of BLISS
Judul Resensi Buku:
KEBAHAGIAAN di Penjuru Dunia  

(Resensi Buku: The Geography of Bliss) -- SUNGGUH, Eric Weiner ingin melihat dunia, terutama dengan dana dari pihak lain. Maka dia menjadi jurnalis, membawa tas punggung dan buku catatannya, lalu menjelajahi dunia. Hasilnya adalah buku The Geography of Bliss ini. Penulis membawa pembaca melanglangbuana ke berbagai negara, dari Belanda, Swiss, Bhutan, hingga Qatar, Islandia, India, dan Amerika … untuk mencari tahu apa yang membuat orang-orang di sana bahagia atau murung. Buku ini adalah campuran aneh tulisan perjalanan, psikologi, sains, dan humor.

Apakah orang-orang di Swiss lebih bahagia karena negara mereka paling demokratis di dunia? Apakah penduduk Qatar menemukan kebahagiaan di tengah gelimang dolar dari minyak mereka? Apakah Raja Bhutan seorang pengkhayal karena berinisiatif memakai indikator kebahagiaan rakyat yang disebut Gross National Happiness sebagai prioritas nasional? Kenapa penduduk Islandia, yang suhunya sangat dingin dan jauh dari mana-mana, termasuk negara yang warganya paling bahagia di dunia? Kenapa di India kebahagiaan dan kesengsaraan bisa hidup berdampingan? Ingin tahu jawabannya, coba baca lebih lanjut resensi buku ini di Best-seller Books, lalu segera dapatkan bukunya.

Thursday, December 5, 2013

Resensi Buku - KAMUS ISME-ISME

KAMUS ISME-ISME Pertama di Indonesia 

Isme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan akhiran pembentuk nomina yang berarti sistem kepercayaan berdasarkan politik, sosial, atau ekonomi: misalnya terorisme, liberalisme, komunisme, dan isme-isme yang lain. Di sini, KAMUS ISME-ISME, Yapi Tambayong (sang penulis) mempersembahkan kamus yang mungkin belum pernah ada dalam peta kepustakaan kita atau pertama kalinya hadir mewarnai dunia kepustakaan di Indonesia.

Dalam kamus dengan tebal 368 halaman ini, Yapi Tambayong, yang juga memiliki beberapa nama samaran, seperti Remy Sylado, Alif Danya Munsyi, dan Dova Zila, mendasarkan isme-isme atau ajaran-ajaran ini tidak hanya dalam bidang politik, sosial, dan ekonomi. Juga, berdasarkan filsafat, teologi, seni, hukum, psikologi, biologi, serta medis.

Resensi Buku - SOMEBODY ASKED ME

Anda Bertanya, Ustaz Aceng Menjawab 

Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, kegiatan dakwah tidak mesti dengan bahasa lisan dan disampaikan di atas mimbar atau podium. Pola dakwah bit at-tadwin (dakwah melalui tulisan) juga bisa dilakukan guna memanfaatkan kemajuan teknologi informasi (internet) dan jejaring sosial. Misalnya, dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif. Berangkat dari situlah Ustaz Aceng Karimullah, menyampaikan dakwah model ini.

H Aceng Karimullah, menyusun buku SOMEBODY Asked ME ini dari kumpulan jawaban pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan melalui e-mail para jemaah majelis taklim Keluarga Muslim Trakindo Group. Ustaz yang mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia tahun 1987 ini berlatar belakang pendidikan pesantren tradisional di Garut dan Bandung (Jawa Barat) serta Jombang dan Kediri (Jawa Tengah).

Tuesday, October 22, 2013

Resensi Buku - IDRIS SARDI, Perjalanan Maestro Biola Indonesia

Perjalanan MAESTRO BIOLA INDONESIA

Kemana pun pergi gendang suara telinga kita
Apabila masih dengan biola ada urusannya
500 musik dan teater, 900 aransemen banyaknya
Maka dengan Idris Sardi pasti kita bertemunya
Bagaimana bunyi dawai itu kok bisa jadi semacam sihir yang mencekam
Mengiris menyayat perasaan, air mata menitik diam-diam
Tapi juga kepala bisa bergoyang kiri dan kanan karena riang
….

Penggalan puisi yang sengaja Taufiq Ismail sampaikan khusus untuk Sang Maestro Biola, yang dikutip dalam buku ini. Barangkali bila kita berbicara biola, ingatan kita tertuju pada Idris Sardi. Ya, Idris Sardi, yang lahir di Batavia, Hindia Belanda (sekarang Jakarta), 7 Juni 1938 adalah seorang pemain biola Indonesia. Dia adalah anak dari pemain biola Orkes RRI Studio Jakarta, Mas Sardi.

Wednesday, October 16, 2013

Resensi Buku - INFERNO

INFERNO, Jurang Neraka Tanpa Dasar

Novel Inferno (Neraka) karya Dan Brown ini memiliki hubungan erat dengan mahakarya sastra Italia, Divina Commedia atau yang dikenal dengan nama Divine Comedy dalam bahasa Inggris. Puisi karya sastrawan besar Italia, Dante Alighieri, ini menceritakan perjalanan Dante—yang dipandu oleh Virgil—dalam mengunjungi tiga alam, Inferno (neraka), Purgatorio (api penyucian), dan Paradiso (surga). Inferno, yang merupakan awal dari karya ini adalah judul yang dipilih oleh Dan Brown untuk novel terbarunya.

Sejak bulan Mei 2012, Brown memang telah mengumumkan bahwa ia sedang menulis sebuah buku baru, meskipun ia menutupi topik yang sedang ditulisnya. Brown baru mengungkapkan lebih banyak informasi—menjelang penerbitan—bahwa novel ini akan berlatar di Eropa, di salah satu tempat paling mengagumkan yang pernah dikunjungi olehnya. Sama seperti Angels & Demon, Brown kembali menggunakan Italia sebagai latar novelnya, dan melanjutkan petualangan professor sejarah seni dan simbologi favorit, Robert Langdon.

Resensi Buku - Little Women

ROMANTIKA 4 BERSAUDARI

Karya klasik yang tak lekang oleh waktu ini bercerita tentang kehidupan empat bersaudari, suatu masa di Concord, Massachusetts. Little Women diterbitkan pada abad ke-19, novel ini disebut sebagai karya paling realis di antara novel-novel sejenis yang lebih menawarkan mimpi dan idealisme. Dialah Louisa May Alcott, sang penulis yang telah menghadirkan cerita realis tersebut dengan menerbitkannya dalam sebuah novel yang sedang Anda baca sekarang ini. Di samping itu, dia juga telah menulis lebih dari tiga puluh judul buku dan kumpulan cerita.

Karier kepenulisannya dimulai dari menciptakan karya-karya indah dalam puisi serta cerita-cerita menarik dalam cerpen, yang kemudian dimuat di majalah-majalah ternama. Buku pertamanya, Flower Fables, diterbitkan pada 1854. Kemudian novel yang tengah Anda baca ini, Little Women, ditulis pada 1868, menjadi karya pertama di Amerika yang memotret tokoh remaja perempuan dengan sikap-sikap realistis, alih-alih menggambarkan tokoh yang sempurna di kebanyakan fiksi anak-anak saat itu.

Resensi Buku - SEPULUH TAHUN KOPERASI (1930-1940)

Koperasi Melawan Kapitalisme 

Koperasi adalah pilar bagi ekonomi rakyat. Gerakan koperasi merupakan wadah organisasi pergerakan dalam melawan kapitalisme, dan tentunya kolonialisme. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh founding father bangsa ini, Soekarno (Presiden Pertama RI), kolonialisme sebenarnya tak lain adalah terusan dari kapitalisme.

Dalam sejarah perkembangan koperasi di Indonesia, memang berangkat dari perjuangan beberapa orang yang penghidupannya sederhana dengan kemampuan ekonomi terbatas, terdorong oleh penderitaan dan beban ekonomi, secara spontan mempersatukan diri untuk menolong diri sendiri dan manusia sesamanya. Koperasi dikenalkan di Indonesia oleh seorang Pamong Praja Patih R Aria Wiria Atmaja di Purwokerto, Jawa Tengah, pada tahun 1896. Pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan kongres koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Tanggal dilaksanakannya kongres ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.